Bangunan menggunakan tembok batu bata tebal seperti zaman dulu
mengelilinginya. Ada satu pintu masuk kecil yang terbuat dari besi.
Sedangkan di dalam terdapat bekas pembakaran dupa.
Ternyata itu di tengah bangunan itu ada satu makam. Tidak ada yang tahu
secara persis itu makam tokoh siapa sebenarnya. Warga di sekitar tempat
itu tidak tahu persis.
Warga Purwokerto tentu tak asing dengan bangunan tembok tua di tengah
jalan di Kota Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah. Namun barangkali belum
tidak mengetahui kalau bangunan tua permanen berukuran sekitar 1,5x2
meter itu adalah sebuah makam.
Lokasinya berada di tengah jalan,
sebuah pertigaan di Jalan Raga Semangsang. Tempat itu berjarak sekitar
200 meter dari timur Alun-alun Kota Purwokerto, masuk Kelurahan
Sokanegara, Kecamatan Purwokerto Timur.

Bangunan menggunakan tembok batu bata tebal seperti zaman dulu
mengelilinginya. Ada satu pintu masuk kecil yang terbuat dari besi.
Sedangkan di dalam terdapat bekas pembakaran dupa.

Ternyata itu di tengah bangunan itu ada satu makam. Tidak ada yang tahu
secara persis itu makam tokoh siapa sebenarnya. Warga di sekitar tempat
itu tidak tahu persis.Namun ada pula warga yang mengatakan jika
itu merupakan makam Ragasemangsang. Siapa Ragasemangsang itu juga tidak
banyak warga yan mengetahui secara persis. Dalam Bahasa Jawa
Ragasemangsang mengandung arti badan yang tersangkut di pohon.
Menurut
banyak cerita lisan dari mulut ke mulut, makam Ragasemangsang dulunya
adalah orang sakti. Dia tidak bisa mati selama dirinya masih
menginjakkan kaki di atas tanah. Orang sakti tersebut baru dapat mati
ketika dirinya digantung di atas pohon karena tidak menyentuh tanah
lagi.
"Versi pertama itu ada mayat di pohon Beringin diturunkan
dan dimakamkan di situ. Itu ada di zaman kerajaan orang yang sakti itu
ketemu dengan Raden Pekih dan bertarung," kata Karto Suwito (72), Ketua
RT 3 RW 5 Sokanegara saat ditemui di rumahnya, Kamis (25/1/2018).
Karena kakinya masih menginjak tanah katanya, dia tidak bisa mati. Kemudian muncul versi cerita, baru bisa mati setelah digantung di atas pohon.

"Ragasemangsang dimakamkan di sini," kata Karto Suwito.
Saat itu
lanjut dia, Raden Pekih kalah oleh Ragasemangsang meskipun tubuhnya
telah tercabik-cabik oleh senjata namun kembali menyatu setiap kali
menyentuh tanah. Akibat kalah ilmu, akhirnya Raden Pekih tewas dalam adu
kesaktian tersebut.
Menurut dia, makam tersebut sudah ada sejak
ratusan tahun lalu, bahkan sejak dirinya bermukim di sekitar wilayah
tersebut. Makam tersebut sudah ada dan banyak orang yang ziarah ke makam
tersebut. Malah orang dari luar kota seperti Tasikmalaya dan Surabaya,
serta warga Tionghoa yang datang ziarah. Bahkan hingga pejabat pun
menurutnya pernah ada yang mendatangi makam tersebut.
Dia mengatakan jika makam tersebut sempat pernah akan dipindah. Namun
rencana itu batal karena tak ada yang kuat memindahkannya dan akhirnya
makam itu tetap berada di lokasi tersebut. Dia mengingat dulu makam
tersebut dulu berada di pinggir jalan hingga dilakukan pelebaran, tapi
makam tersebut tidak dipindah.
Selain itu, dirinya juga sempat
mengetahui saat ada pengerjaan membuat galian saluran air yang melintasi
makam untuk disalurkan ke perkampungan. Tiba-tiba salah satu pekerjanya
langsung jatuh pingsan tidak sadarkan diri.
"Mungkin karena
sudah tidak ada lagi juru kunci yang menjaga makam itu, jadi cerita
pastinya tentang kebenaran siapa yang dimakamkan di situ tidak jelas.
Dulu ada, tapi setelah juru kuncinya meninggal tidak ada lagi yang
menuruni sebagai juru kunci termasuk anaknya," ujarnya.
Kepala
Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Kabupaten Banyumas, Deskart Jatmiko
menambahkan jika ada beberapa versi cerita yang berkembang di
masyarakat. Setidaknya terdapat tiga versi terkait makam tersebut. Versi
pertama yang mengatakan ada hubungannya dengan cerita babat Kamandaka.
Kemudian versi cerita Kyai Pekih. Ketiga, cerita tentang orang yang
terjun payung jatuh sebelum kemerdekaan dan dimakamkan di lokasi
tersebut.
"Dari beberapa versi yang berkembang dan didukung oleh
cerita di masyarakat sekitar itu yang mendekati ya yang Kyai Pekih. Jadi
itu ceritanya yang babat Kyai Pekih itu tarung sama garong yang sakti
karena punya ajian Pancasona, sehingga matinya itu harus tidak kena
tanah. Makanya terus digantung di pohon beringin, setelah mati baru
dikubur di situ," katanya.
Menurutnya bila dilihat dari segi
bangunannya lebih mendekati jaman kolonial Belanda dengan batu bata
tebal. Namun semua cerita tersebut juga bisa dikaitkan dengan
pertarungan Kyai Pekih dengan garong sakti tersebut dan dimakamkan di
lokasi itu. Pada saat ada pemindahan Pendopo Kabupaten dari Banyumas ke
Purwokerto, makam tersebut kemudian dibuat permanen.
"Tapi
setelah ada pemindahan pendopo itu diselamatkan. Di tengah jalan dulu di
situ kan satu perkampungan yang sebelum Pendopo Sipanji pindah dari
Banyumas ke Purwokerto. Kalau menurut orang Jawa 'mbahnya tidak mau
dipindah' jadi cuma digeser dan dipagar saja," ucapnya.
Dia
menjelaskan, jika mempelajari dari sejarah Banyumas yang baru 447 tahun
berdiri. Sedangkan Pendopo Kabupaten dari Banyumas dipindah ke
Purwokerto baru sekitar 100 tahun lebih. Jika dilihat dari material
bangunan yang digunakan untuk membangun makam Ragasemangsang
kelihatannya material setelah zamam Belanda. Dengan demikian jika
dilihat dari perpindahan pendopo Sipanji ke Purwokerto kemungkinan makam
tersebut tidak ingin dipindah dan kemudian di tembok sehingga ada di
tengah jalan.

"Di makam itu bukan nama orang, itu Ragasemangsang
yang artinya raga yang temangsang jadi badannya itu digantung dan yang
belum diketahui nama penjahatnya siapa itu. Tapi yang berkembang itu
yang dimakamkan bukan tokoh yang berpengaruh saat zamannya," kata dia.
Meskipun
demikian, sejarah makam tersebut memang perlu digali lebih dalam karena
banyak versi yang berkembang dan makam tersebut sudah masuk dalam situs
cagar budaya yang perlu dijaga karena dilindungi oleh undang-undang
termasuk pemeliharaannya.
"Itu masuk cagar budaya, apa yang sudah
di atas 50 tahun itu dijaga, Undang-undangya ada. Kita punya cagar
budaya sekitar 58 di Banyumas dan sudah didaftarkan ke provinsi termasuk
pemeliharaaannya," ucapnya.
Ia mengaku pihaknya sulit untuk
menelusuri jejak sejarah makam tersebut dikarenakan juru kunci makam
tersebut telah meninggal dan tidak mewariskannya kepada anak cucunya.
Cerita terkait makam Ragasemangsang tersebut hilang tergerus
perkembangan jaman.
"Banyak hilang karena pemahaman orang sudah
berubah, terus secara turun temurun yang menjaga itu tidak ada dan tidak
ada yang mau," tuturnya.
(Dari : Detik.com)
Baca Juga :